Pages

Popular Posts

Minggu, 15 Desember 2013

Untuk Wanita yang Bukan Wanitaku #2

I wanna love you like the huricane. I wanna love you like a mountain rain. 
So wild so pure. So strong and crazy for you.
[Nidji - Rahasia Hati]


Sapanya lembut di telepon. Membangunkanku yang sebenarnya terusik bahkan hanya untuk membuka mata sekalipun. Masih pukul 10 dan wanitaku terlalu bersemangat memotong waktu tidurku yang kurang dari 6 jam. Tapi tetap, aku tidak bisa menolak ajakan telingaku untuk menikmati suaranya. Sudah seperti candu pagi hariku. Hanya dengan berkata "Hai" sekejap saja kesadaranku mulai mengisi ruang-ruang kosong dalam kepala. Ia ahlinya. Mengais tiap memori, selalu menggoda untuk menyatukan tiap potong ingatan sehingga aku bisa melihat betapa cantiknya wanitaku.

Sedetik. Dua detik...Ada yang berbeda. Ia terlalu cerah untuk seseorang yang yah, kau tahu, ia mengalami hari yang berat kemarin malam. Terisak di pundakku. Menangis sejadi-jadinya hingga tetesan air matanya menganak sungai di pipi. Dan sekarang, ia terlihat bersemangat. Seperti lahir baru. Sehebat itukah wanitaku ini? Atau ia masih menyimpan perih untuk dirinya sendiri? Bila memang begitu, ia terlalu hebat mengkamuflasekan sakitnya sehingga tak terbaca. Seperti menguap. Hanya saja..getar nafasnya masih terasa.
"Aku ingin bertemu kamu"
Wanita ini dengan segala keindahannya. Bahkan suaranya pun terasa amat sangat menusuk rindu. Kalau saja saat ini tidak ada jarak antara aku dan wanitaku, kegilaan ini akan berlanjut sampai aku dapat melumat suara merdunya.
"Buat apa?" tanyaku datar.
"Hanya ingin berterimakasih dan minta maaf untuk kemarin. Sangat memalukan aku menangis di depanmu"
"Kamu harus minta maaf dua kali. Satu untuk mengganggu tidurku" 
"Ah..maaf aku membangunkanmu ya? Lagipula ini terlalu siang untuk laki-laki setampan kamu untuk memulai aktivitas" 
Tuhan, lihat..Kau sungguh berhasil meletakkanku dalam genggaman wanita satu ini. Dan aku tidak berkeberatan. Sungguh..

Tepat pukul 1 siang, aku melihat sosoknya terseok di bawah pohon mahoni. Menahan panasnya matahari siang. Wanitaku dengan setia menunggui segala urusan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu di akademik kampus demi mendapatkan sandaran kegusarannya. Kasihan wanitaku. Mukanya memerah. Peluhnya bercucuran melewati pelipis. Ah ingin rasanya menggantikan posisinya saat ini.

Aku duduk di sebelahnya, menyodorkan minuman dingin. Ia sumringah sambil memamerkan deretan giginya yang rapi. Aku hanya bisa diam. Dan diam. Aku terlalu takut untuk membalas senyum semanis itu. Hanya ingin menikmatinya selagi bisa. Kesempatan tidak datang dua kali. 

Sekilas ujung mataku menangkap telepon genggamnya tengah berkedip-kedip dengan nomor tertera di layarnya. Ia hanya memandang kosong kearah benda itu. Sampai akhirnya panggilan itu berhenti dan diikuti panggilan-panggilan berikutnya. Air mukanya muram. Sekejap..aku sadar, lelaki itu menginginkan wanitaku kembali. Mukaku mengeras. Sepertinya Tuhan mempermainkanku. Baru saja aku melihat senyum terukir di wajahnya kembali dan kini ia harus membagi senyumnya bersama duka? Tidak akan aku biarkan.
"Kamu akan kembali padanya?" Aku menjaga nada suaraku setenang mungkin. "Jangan pernah lakukan itu" 
Wanitaku mematung. Aku merasakan pandangan matanya menuju kearahku. Semua pertanyaan berujung di kedua bola matanya. Tapi ia hanya diam meminta penjelasan. Sudah terlambat untukku menarik kembali kata-kata tadi.
"Laki-laki itu tidak dapat melihat seberapa indahnya matahari disaat dunia masih remang. Ia malas untuk mencari tahu. Laki-laki itu hanya percaya bahwa matahari hanya indah pada saat senja. Tahukah kamu seberapa indahnya matahari disaat semua orang masih terlelap dalam mimpi? Seperti kamu".
Aku membiarkan semua mengalir. Hatiku untuk wanita ini terlalu lama berdiam di satu poros yang sama. Ketidakberanian. Saat semua bukan menjadi sebuah misteri lagi, hatiku akan ikut mengalir dan bermuara untuk hatinya. Dan wanitaku..ia hanya kaku. Mencoba mencerna apa yang baru saja aku katakan padanya. Sebuah rahasia kecilku. Jika ia berfikir aku sedang berada dalam pengaruh sesuatu, ya dia benar. Aku sedang berada dibawah pengaruh magis cahaya matanya.


"Untuk wanitaku : Aku akan mengunggu.."

0 komentar:

Posting Komentar